Jumat, 18 Februari 2011

PUSAT-PUSAT SUMBER BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

Pada umumnya para ahli pendidik di Indonesia masih kurang memperhatikan peranan sumber belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sikap dan presepsi seperti ini kemungkinan besar terjadi karena sudah berpuluh-puluh tahun sistem pendidikan di Indonesia diselenggarakan dengan berbagai kekurangan.
Bicara tentang sumber belajar memang masih belum banyak menarik perhatian, sehigga sebagian besar proses belajar masih dilakukan dengan menggunakan guru sebagai sumber belajar utama. Dilain pihak para guru dan dosen masih enggan untuk memperluas dan meningkatkan cakrawala pengetahuannya dengan cara mencari dan mempelajari sumber belajar yang ada. Sikap seperti ini selalu diamati dan dicontoh oleh para siswa, akibatnya makin lama peran sumber belajar semakin kecil, sedang sumber belajar yang tersedia tidak didesain dan disajikan melalui proses perencanaan dan pembuatan yang baik dan benar ditinjau dari segi teori pembuatan sumber belajar[1].
Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami akan menyampaikan pembahasan yang berhubungan dengan pusat-pusat sumber belajar, dimana disitu terkumpul sumber-sumber belajar yang lengkap, sehingga kita dapat memanfaatkan pusat sumber belajar tersebut sebagai sumber pengetahuan bagi kita, sumber pengetahuan untuk anak didik dan pusat sumber belajar untuk masyarakat disekitarnya.











BAB II
PEMBAHASAN
PUSAT-PUSAT SUMBER BELAJAR

A.    Pengertian Sumber Belajar
Sebelum kita jelaskan pusat-pusat sumber belajar perlu kita mengetahui tentang sumber belajar. Dalam pengertian yang sederhana (hingga dewasa ini dunia pengajaran praktis masih berpandangan) sumber belajar (learning resources) adalah guru dan bahan-bahan pembelajaran baik buku-buku bacaan atau semacamnya. Dalam desain pengajaran yang biasa disusun guru terdapat salah satu komponen pengajaran yang dirancang berupa sumber belajar/pengajaran yang umumnya diisi dengan buku-buku rujukan (buku bacaan wajib/anjuran).  Pengertian sumber belajar sesungguhnya tidak sesempit/sesederhan itu.
Bahwa segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, di luar peserta didik  (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung disebut sebagai sumber belajar. Jadi pengertian sumber belajar itu sangat luas.
Arif S. Sadiman (1989) berpendapat bahwa, segala macam sumber belajar yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan atau memudahkan terjadinya proses belajar disebut sebagai sumber belajar. Dengan peranan sumber-sumber belajar (seperti: guru/ dosen, buku, film, majalah, labotarium, peristiwa, dan sebagainya) memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjaadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dan menjadikan individu dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang terpuji dan yang tidak terpuji dan seterusnya. Dengan kata lain, sesungguhnya tidak ada bahan yang jelas mengenai sumber belajar, sebab segala apa yang bisa mendatangkan manfaat atau mendukung dan menunjang individu untuk berubah ke arah yang lebih positif, dinamis (belajar), atau menuju perkembangan, dapat disebut sumber belajar. Bahkan proses atau aktifitas pengajaran itu sendiri dapat disebut sumbar belajar[2].


B.     Klasifikasi Sumber Belajar
AECT (Association of Education Communication Technology) melelui karyanya The Defenition of Educatinal Technology (1977) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 macam:
1.      Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada peserta didik, dan sebagainya.
2.      People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya, guru/dosen, tutor, peserta didik dan sabagainya.
3.      Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajika melalui penggunaaan alat/perangkat karas ataupun dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk katagori materials, seperti transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku, dan sebagainya
4.      Device (alat), yakni suatu (perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalm bahan. Misalnya, overhead proyektor, slide, video tape/recorder, pesawat radio/tv, dan sebagainya.
5.      Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan pesan. Misalnya, pengajaran berprogram/modul, simulasi, demontrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya. 
6.      Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar dimana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik, ruang kelas, gedung sekolah, perpustakan, labotarium, taman, lapangan dan sebagainya.juga lingkungan non-fisik, misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang, ramai, lelah dan sebagainya.
Pengklasifikasian tersebut tidak terpisah, tapi saling berhubungan. Dalam kenyataan malah sulit dipisahkan secara partial, misalnya; pada saat guru menerangkan (proses pengajaran) cara penggunaan suatu alat dan memperagakan penggunaan alat yang dimaksud, setidaknya guru menggunakan 4 macam sumber belajar yanag ada di sana.
Kita dapat mengklasifikasikan sumber belajar dari versi yang lain.
1.      Menurut sifat dasarnya sumber belajar ada 2 macam; sumber insani (human), dan non-insani (non-human)
2.      Menurut segi pengembangannya, sumber belajar ada 2 macam.
a.       Learning resoursces by design (sumber belajar yang dirancang/ sengaja depergunakan untuk keperluan pengajaran, atau setelah diadakan seleksi).
b.      Learning resources by utilitarian (sumber belajar yang tidak dirancang untuk kepentingan tujuan belajar/mengajar), yaitu segala sumber belajar (lingkungan) yang ada disekeliling sekolah dimanfaatkan guna memudahkan pserta didik yang sedang belajar. Jadi sifatnya incidental/seketika. Misalnya, tokoh, pahlawan, masjid, pasar dan sebagainya[3].  

C.    Pengertian Pusat-pusat Sumber Belajar
Tucher (1979) mendifinisikan pusat sumber belajar dengan istilah media centar, dengan pengertian suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan, latihan, dan pengenalan melalui produksi bahan media (seperti slide, transparasi overhead, flim strip, videotape, film 16 mm, dan lain-lain) dan pemberian pelayanan penunjang (seperti sirkulasi perlatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan catalog, dan pemanfaatn pelayanan sumber-sumber belajar pada perpustakaan[4].
Menurut Percival dan Ellington (1984), pusat sumber belajar adalah segala bentuk dan rumah sampai dengan bangunan bertingkat yang yang rumit dan lengkap yang dirancang dan diatur secara khusus dengan tujuan untuk menyimpan merawat, mengembangkan dan memanfaatkan koleksi sumber belajar dalam berbagai bentuknya secara individual maupun kelompok kecil.
Pusat sumber belajar selanjutnya disebut PSB diadakan untuk memberikan kemudahan belajar mengajar yang lebih luas kepada siswa maupun guru.
PSB adalah perpaduan dari fungsi perpustakaan dan pusat multi media, nasib perencanaan dan pengelolaannya banyak banyak tergantung pada lembaga pendidikan yang memilikinya. Di luar negeri biasanya setiap universitas atau perguruan tinggi sudah memiliki PSB. Begitu juga pada tingkat sekolah lanjuatan, namun kelengkapannya tidak seperti di pendidikan tinggi[5].
Pusat sumber belajar atau leaning center dapat dipandang sebagai salah satu bentuk computer, informasi disimpan dalam bentuk film, video, tape, rekaman kaset, buku, dan sebagainya.
Learning center dihubungkan dengan komputer yang dapat memberi keterangan tertulis tentang informasi yang tersedia serta bentuk informasi itu dapat diperoleh berupakan film,video, tape atau bentuk lainnya. Pelajar kemudian dapat menemukan bahan itu dan manfaatkannya dengan melihat film atau mendengar kaset, dan sebagainya. Untuk memperoleh keterangan tentang bahan yang tersedia itu, cukup dipakai semacam telepon dengan kode tertentu yang merangsang komputer untuk mengeluarkan keterangan bahan yang tersedia. Tinggal lagi bagi yang bersangkutan untuk menentukan bahan atau informasi apa yang diperlukan serta dalam bentuk apa ia ingin disajikan bahan itu[6].
Jadi pusat-pusat sumber belajar adalah suatu tempat atau fasilitas yang memiliki sumber belajar yang lengkap. Oleh karena itu sekarang ini pusat-pusat sumber belajar seperti lembaga pendidikan, tempat kursus dan perpusatkaan baru bisa dikatakan pusat-pusat sumber belajar apabila, memiliki sumber belajar yang tidak hanya dari media cetak, tapi juga dari media audio visual. Namun apabila kita lihat perkembangan teknologi sekarang ini, maka pusat-pusat sumber belajar sudah dekat dengan individu masing-masinga dan bisa langsung dimanfaatkan, diantaranya warung internet (warnet), blackberry, dan Hp yang memiliki jaringan internet. Dan bahkan pusat sumber belajar ini lebih lengkap dari pada perpustakaan-perpustakaan besar.

D.    Tujuan Pusat-pusat Sumber Belajar
1.      Tujuan umum
Pusat sumber belajar bertujuan meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan proses belajar-mengajar melalui perkembangan sistem instruksional. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas tradisional dan untuk mendorong penggunaan cara-cara yang baru (non-tradisional), yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademis dan kewajiban-kewajiban institusional yang direncanakan lainnya.

2.      Tujuan khusus
Pusat sumber belajar mempunyai peranan yang cukup menentukan didalam meningakatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar-mengajar. Dengan demikian dari awal hendaknya selalu kita sadari bahwa pusat sumber belajar bukan semata-mata suatu tempat ataupun gudang tempat menyimpan berbagai macam peralatan dan bahan pengajaran.
Misi yang terutama dari pusat sumber belajar adalah pengembangan sistem intruksional yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar dan mengajar. Dalam fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan pusat sumber belajar, termasuk pengadaan dan pelayanan perpustakaan bahan pengajaran, dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan misi tersebut[7].

E.     Fungsi Pusat-pusat Sumber Belajar
Pusat-pusat sumber belajar itu harus dipergunakan secara efektif sehingga melakukan kontak pada pelajar secara tepat. Untuk menciptakan kegiatan seperti itu personel yang terlibat di dalamnya harus melakukan fungsinya sebagaimana mestinya[8].
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang sudah diuraikan diatas pusat sumber belajar mempunyai fungsi dan kegiatan sebagai berikut:
1.      Fungsi pengembangan sistem instruksional
      Fungsi ini menolong jurusan atau departeman dan staf tenaga pengajar secara individual dalam membuat rancanagan (desain) dan pemilihan option (pilihan) untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar-mengajar
2.      Fungsi Informasi
      Dalam kehidupan sehari-hari orang sering memerlukan informasi, baik bentuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan usahanya ada beberapa macam sumber informasi seperti pusat internet, pusat komputer, bahan bacaan, radio, televisi, perorangan, lembaga, dan sebagainya. Jika informasi yang diperlukan hanya sedikit dan yamg memerlukannya juga sedikit maka bahan informasinya dapat disimpan dalam satu file jika lebih banyak, maka perlu dibentuk perpustakaan lengkap dengan katalognya. Jika lebih banyak lagi barangkali harus menggunakan komputer
3.      Fungsi pelayanan media
      Fungsi ini berhubungan dengan pembuatan rencana program media dan pelayanan pendukung yang ditentukan oleh staf pengajar dan pelajar.
4.      Fungsi produksi
      Fungsi ini berhubungan dengan penyediaan materi atau bahan instruksional yang tidak dapat diperoleh melalui sumber komersial. Hal ini meliputi:
  1. penyiapan karya seni asli (original at work) untuk tujuan instruksional
  2. produksi transparansi untuk OHP, LCD, jaringan internet
  3. produksi fhotografi (slide, film strit, fhoto dan lain-lain)
  4. pelayanan reproduksi fhotografi
  5. pemprograman, menyajikan dan reproduksi rekaman vita suara,
  6. pemprograman, pemeliharaan, dan pengembangan sistem televise dikampus
5.      Fungsi administrasi
      Fungsi ini berhubungan dengan cara-cara bagaimana tujuan dan prioritas program dapat tercapai. Fungsi ini behubungan dengan semua segi program yang dilaksanakan dan akan malibatkan semua staf dan pemakai dengan cara-cara yang sesuai.
Tanpa fungsi pusat sumber belajar dengan kegiatan-kegiatan diatas merupakan fungsi dan kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan ideal tersebut dapat dilaksanakan oleh pusat sumber belajar, akan sangat tergantung pada tujuan program pengajaran, fasilitas, peralatan yang dimiliki, staf dan personalia yang ada dalam pusat sumber yang bersangkutan. Namun demikian, dapatlah dipastikan bahwa keempat fungsi diatas akan selalu dijumpai setiap pusat sumber belajar sebagai suatu lembaga yang berusaha untuk memajukan efektifitas dan efesiensi kegiatan belajar dan mengajar. Yang berbeda hanya kegiatan-kegiatan nyata yang berhubungan dengan keempat fungsi diatas, sesuai dengan adanya pembatasan-pembatasan yang terdapat pada masing-masing pusat sumber belajar sebagai telaah disebutkan diatas[9].



BAB III
PENUTUP

Bahwa segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, di luar peserta didik  (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung disebut sebagai sumber belajar. Jadi pengertian sumber belajar itu sangat luas.
Mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 macam: Message (pesan), People (orang), Materials (bahan), Device (alat), Technique (teknik), Setting (lingkungan),
Pusat-pusat sumber belajar adalah suatu tempat atau fasilitas yang memiliki sumber belajar yang lengkap. Oleh karena itu sekarang ini pusat-pusat sumber belajar seperti lembaga pendidikan, tempat kursus dan perpusatkaan baru bisa dikatakan pusat-pusat sumber belajar apabila, memiliki sumber belajar yang tidak hanya dari media cetak, tapi juga dari media audio visual. Namun apabila kita lihat perkembangan teknologi sekarang ini, maka pusat-pusat sumber belajar sudah dekat dengan individu masing-masinga dan bisa langsung dimanfaatkan, diantaranya warung internet (warnet), blackberry, dan Hp yang memiliki jaringan internet. Dan bahkan pusat sumber belajar ini lebih lengkap dari pada perpustakaan-perpustakaan besar.
Pusat sumber belajar bertujuan meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan proses belajar-mengajar melalui perkembangan sistem instruksional. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas tradisional dan untuk mendorong penggunaan cara-cara yang baru (non-tradisional),
Pusat sumber belajar mempunyai fungsi dan kegiatan sebagai berikut: Fungsi pengembangan sistem instruksional, Fungsi Informasi, Fungsi pelayanan media, Fungsi produksi, dan Fungsi administrasi.






DAFTAR PUSTAKA

Sudiman, Arif Sukadi Dkk, Beberapa Aspek Pengembangan Sumbeer Belajar, Jakarta,Mediyatma Sarana Perkasa, 1998.
Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004.
Mudhoffir, Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1992.
Nasution,  S., Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 2005.
Wijaya, Cece, Dkk, Upaya pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1991.


[1] Dr. Arif Sukadi Sudiman, Dkk, Beberapa Aspek Pengembangan Sumbeer Belajar ,(Jakarta: ,Mediyatma Sarana Perkasa, 1998 ), h. 1.    
[2] Drs. Ahmad Rohani, HM, M.Pd., Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. ke-2, h. 161-162
[3] Ibid., h.164-166
[4] Drs. Mudhoffir, M.Sc., Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. ke-3, h. 13.
[5] Arif Sukadi Sudiman, Dkk, op. cit., h. 162.
[6] Drs.  Dr. S. Nasution, MA, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-9, h. 63-64
[7] Drs. Mudhoffir, M.Sc., op. cit., h. 10-11.
[8] Drs. Cece Wijaya, Dkk, Upaya pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), Cet. ke-3, h. 46
[9] Drs. Mudhoffir, M.Sc., op. cit., h. 11-12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar